Februari 27, 2013

Saya dan Perubahan (wreck mind)


pointortwo.com


Saya dan Perubahan
(bagian 2)
Ketiga alasan yang disampaikannya padaku, sungguh membuatku makin bimbang. Kekhawatiran dan ketakutan di dalam hatiku semakin besar. Berbagai pertanyaan makin banyak muncul tak beraturan. Jangankan untuk menjawabnya, bahkan untuk menghentikannya pun aku tidak mampu.

Bagaimana seorang manusia dikatakan baik atau pun jahat? Apakah manusia yang baik adalah manusia yang mentaati hukum, menghormati orang tua, berperilaku sopan dan lembut, berkata-kata hal yang membahagiakan orang lain, tidak membunuh, tidak berzinah, tidak mencuri, tidak mengingkari janjinya, tekun belajar, berpakaian sopan, dan tekun beribadah? Itukah manusia yang baik?

Lalu bagaimana dengan manusia yang jahat? Apakah manusia yang jahat itu manusia yang melanggar hukum, merendahkan orang tua, menyepelekan orang lain, berperilaku biadab dan kasar, berkata-kata hal-hal yang menyusahkan orang lain, membunuh, berzinah, mencuri, mengingkari janjinya, malas belajar, berpakaian tidak sopan, dan tidak beribadah padahal beragama atau bahkan manusia yang tidak beragama? Itukah manusia yang jahat?

 Kemudian, dari mana asal “baik” dan “jahat”? Mengapa ada “baik” dan “jahat”? Apakah asal hal-hal baik itu dari Tuhan? Jika Tuhan hanya menguasai hal-hal baik, maka ada penguasa lain yang menguasai hal-hal jahat. Itu berarti Tuhan bukan sosok Yang Maha Kuasa. Tuhan menjadi Yang Maha Kuasa bila Tuhan menguasai hal-hal baik dan hal-hal jahat. Bila Tuhan menguasai baik dan jahat, mengapa ada kata “benar” dan “salah”? Mengapa jahat dikatakan salah? Bukankah asal jahat juga dari Sang Penguasa yang juga merupakan asal baik?

Untuk apa aku memperjuangkan hal-hal yang tidak aku pahami? Sejak dahulu para ilmuwan berjuang untuk hal-hal yang mereka imani. Thomas Alva Edison mengatakan,” I have not failed. But I've just found 10,000 ways that won’t work.” Thomas mampu mengimani karena dia mengetahui dan dia memahami apa yang dia lakukan. Sedangkan aku, aku tidak paham ucapan Perubahan, kawan baruku.

Aku harus menemuinya lagi. Aku harus memaksanya untuk menjelaskan kepadaku apa yang dikatakannya. Sekarang, hati dan pikiranku benar-benar hancur. Aku tidak mampu mengenalinya lagi. Aku tidak mampu mengikutinya. Aku tidak mampu mendengarkannya lagi. Mungkin, hanya satu jalan penyelesaiannya, yaitu dengan BERUBAH walaupun aku tidak mengerti mengapa aku perlu PERUBAHAN.
-sejenak berpijak-
Tuhan, seringkali aku tidak tahu apa arti hidupku ini dan apa yang harus aku perbuat. Di jalanMu, Tuhan, kuingin kedamaian.

thinksmartfeelgoodlivewell.blogspot.com
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar