Februari 27, 2013

Saya dan Perubahan (wreck mind)



craigdesmarais.com

Saya dan Perubahan
(bagian 1)
Saya bertemu kawan baru. Ya baru-baru ini saja. Perkenalkan, nama kawan baru saya adalah Perubahan. Kawan baru saya ini sungguh berbeda dengan saya, mulai dari cara berpikir, cara bertindak, dan cara berkata-kata. Seringkali, kawan saya ini berlawanan dengan saya. Ketika saya berinteraksi dengan dia, selalu saja dia menyatakan hal-hal baru yang bertentangan dengan yang saya lakukan selama ini. Ya mungkin sesuai dengan namanya, Perubahan. Dia selalu menawarkan dan mengharuskan saya melakukan perubahan.

Mengapa dia selalu menawarkan dan mengharuskan saya untuk melakukan perubahan? Nah inilah jawabannya. Pertama, dia mengatakan saya adalah manusia. Manusia yang baik adalah manusia yang dinamis. Dinamis dalam hal cara berpikir, cara berperilaku, dan cara berkomunikasi. Maksudnya adalah saya dianjurkan untuk selalu berefleksi. Saya diharuskan untuk merefleksikan tiap perilaku saya, termasuk cara berkomunikasi dengan sesama manusia, dan cara menilai sesama manusia. Jika saya bersikap monoton, saya dikatakan manusia yang statis. Lalu kemudian saya disebut sebagai manusia yang tidak baik. Kata lain dari tidak baik adalah jahat. Berarti, saya jahat kalau monoton dan saya baik kalau dinamis. Begitu kata kawan baru saya.

Kedua, Perubahan melihat saya sebagai seorang manusia yang beruntung karena saya berkesempatan mengenyam pendidikan, bahkan hingga saat ini saya adalah mahasiswa. Perubahan melihat predikat saya sebagai mahasiswa sebagai alasan kuat saya harus menjadi manusia yang dinamis. Mengapa? Mahasiswa idealnya mampu untuk membaca dan menulis. Mahasiswa idealnya mampu untuk bergaul dan berinteraksi dengan banyak manusia. Mahasiswa tentunya mampu menentukan sikap. Mahasiswa tentunya mampu dan menguasai kegiatan belajar. Mahasiswa seharusnya mempunyai prinsip dasar yang kuat tentang apa itu hal berguna dan tidak berguna. Mahasiswa sudah sewajarnya mampu berpikir dan bersikap dewasa. Dari semua kemampuan yang dikuasai mahasiswa tersebut, tentunya tidak sulit bagi mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan. Berarti, tidak ada alasan untuk saya tidak melakukan perubahan.
Mendengarkan alasan pertama saja saya sudah bingung, apalagi mendengarkan alasan keduanya. Ampun.. ampun… Saya merasa tertekan dengan kedua alasannya. Ketakutan seketika muncul di dalam diri saya. Ketakutan menguasai saya. Kekhawatiran pun menyelimuti hati saya. Begitu banyak pula pertanyaan-pertanyaan muncul di dalam otak saya. Apa itu jahat menurutnya? Apa itu baik?  Bagaimana manusia yang baik itu? Mengapa statis itu jahat? Mengapa dinamis itu baik? Mengapa ada jahat? Mengapa ada baik? Dari mana asal jahat dan baik?

Perubahan terlihat seolah dia mengerti kekhawatiran dan ketakutan saya serta berbagai pertanyaan yang  muncul dari otak saya yang belum saya ungkapkan. Bukannya berusaha untuk menjelaskan kedua alasan yang dia sampaikan, justru dia menyampaikan alasan ketiganya. Perubahan berkata,” Kamu orang beragama kan? Jika ya, berarti kamu percaya Tuhan itu ada. Entah kamu mengimani Tuhan atau tidak. Tentunya pengetahuanmu sebagai seorang berpendidikan dan beragama cukup bisa menjelaskan segala kekhawatiran, ketakutan, dan berbagai pergulatan di dalam hati dan otakmu.” Tak cukup berkata demikian, dia menambahkan lagi. “Jika pengetahuanmu sebagai orang berpendidikan dan beragama tidak mampu membuatmu untuk melakukan perubahan, itu berarti kamu perlu merefleksikan kembali hidupmu. Hentikan sejenak perilaku hidupmu saat ini. Belajarlah lebih tekun. Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam. Berubahlah.”

-sejenak berpijak-
Benarlah perkataan ini:
“Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita;
jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.”
2 Tim 2:11-13
mobavatar.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar