April 19, 2014

Piwulang Misa Kemis Putih



Gula Jawa rasane legi
Kripik mlinjo dipangan asu
Arep mulya kudu marsudi
Buta ijo aja digugu

#
Tul jaenak jae jatul jaeji
Kuntul jare banyak ndoke bajul gari siji

Abang-abang gendera landa
Ngetan sithik kuburan mayit
Klambi abang nggo tanda mata
Wedhak pupur nggo golek duit

#
Tul jaenak jae jatul jaeji
Kuntul jare banyak ndoke bajul gari siji

- Kemis Putih ing wengi iki
Padhang lampu bungahing atiku
Nadyan perih ndherek Yesus Gusti
Setya tuhu tekaning patiku -

(lirik lagu asli: Koes Plus; modifikasi: Petrus Tri Margana, Pr.)

Homili pada misa Kamis Putih diambil dari lirik lagu ini. Rama mengajak umat untuk merenungkan inti ajaran yang akan disampaikan melalui media lirik lagu "Tul Jaenak". Pada bait pertama baris ketiga dan keempat adalah renungan yang pertama. Apabila kita manusia ingin hidup mulya atau sejahtera, hendaknya kita perlu marsudi berusaha dengan jujur dan sungguh-sungguh. Jangan pernah kita mengandalkan buta ijo atau dapat diartikan sebagai kekuatan-kekuatan selain kekuatan yang berasal dari Tuhan Allah. Bila kita manusia masih menghidupi kekuatan-kekuatan gaib atau menghidupi hal-hal klenik, itu berarti bahwa kita hanya ngaku-ngaku sebagai orang Katolik, padahal sesungguhnya kita BELUM MENGANDALKAN Sang Sumber Kekuatan Sejati yaitu Yesus Kristus. Dialah Sang Sumber Cinta Kasih. Dialah Sang Guru Sejati. Dialah Sang Penebus Dosa Manusia. Cintanya tidak berkesudahan untuk kita manusia. Oleh karena itu, jika kita sungguh mencintai Kristus, sudah sewajarnya kita mengaktualisasikannya dengan hidup mengandalkan Yesus Kristus.

Renungan kedua diambil dari bait kedua baris keempat. Pada jaman dahulu, masih bisa ditemukan para seniman jalanan yang mengenakan wedhak pupur atau make up (cara landane, hehehe...) untuk ngamen atau bernyanyi dari rumah ke rumah. Mereka terdiri dari 4 hingga 5 orang yang sebagian memainkan alat musik dan satu orang yang mengenakan wedhak pupur itu bernyanyi dan berjoget. Wedha pupur digunakan sebagai sarana untuk mencari duit. Wedhak pupur dikenakan pada wajah hingga tebal hingga wajah sang penyanyi pun terlihat samar, tak tampak lagi aslinya.

Renungan kedua ingin menyampaikan bahwa orang berusaha untuk menutupi ketidaksempurnaannya dengan olesan-olesan wedhak pupur atau mengenakan topeng. Tujuannya ya supaya bopeng-bopeng pada wajahnya tidak tampak dan dengan percaya diri dapat menyajikan yang terbaik bagi orang lain, dapat menghibur orang lain.

Renungan ketiga dan yang terakhir adalah dari bait ketiga yang merupakan bait tambahan guna kepentingan homili. Mengikuti Kristus memang berat. Toh, jalan yang dipilih Kristus sendiri adalah jalan yang bersahaja, sederhana. Lihat saja dari awal Dia hadir ke dunia dan ngejawantah menjadi seorang manusia, anak dari seorang tukang kayu dan lahir di kandang ternak di Betlehem sampai wafatnya di kayu salib seperti seorang pendosa berat dan sampah masyarakat, bahkan sebelum wafat juga dikhianati dan disiksa dulu. Ya wis jan persis wong dosa lan ora kajen. (tambahan penulis, red.) Oleh karena itu pun, para pengikut Kristus juga akan berjuang menghadapi segala kesulitan akibat mengikuti Dia. Kristus menawarkan jalan keselamatan, bukan berarti jalan itu mudah dan nikmat.