Oktober 16, 2009

Tragedi seorang manusia dan sebuah jam waker


Apa perbedaan saya dengan jam waker?
Menurut saya (saya sebagai saya sendiri) bedanya adalah saya seorang manusia sedangkan jam waker adalah sebuah benda.

Lalu, apa persamaan saya dengan jam waker?
Menurut saya (saya sebagai saya sendiri) persamaannya adalah kami (saya dan jam waker) bisa menjadi berguna saat ada seseorang atau sekelompok orang mempunyai kepentingan dengan kami. Tentu kepentingan itu bisa kami penuhi dengan kompetensi yang kami miliki, yaitu membangunkan mereka yang tidur atau tertidur, (bisa lelap bisa tidak hehehe).

Apakah benar kompetensi untuk membangunkan mereka yang tidur atau tertidur yang saya miliki sebagai seorang manusia sama dengan sebuah jam waker?
Tentu berbeda (menurut saya).
Ketika jam waker sebagai sebuah benda "dimintai tolong" untuk membangunkan mereka (tentunya juga manusia hehehe) yang tidur atau tertidur, pasti jam waker tersebut akan "membangunkan" mereka tepat waktu sesuai waktu yang diinginkan mereka yang tidur dan tertidur (dengan catatan baterai jam wakernya masih berfungsi lho hehehe dan mereka tidak lupa menyalakan jam waker pada waktu yang mereka inginkan). Perkara setelah jam waker "membangunkan" mereka, mereka yang tidur atau tertidur ikut bangun atau tidak itu perkara lain. Jelas jam waker akan berdering, bernyanyi, atau bersenandung (hehehe) tepat waktu.
Jam waker juga bekerja dengan sangat obyektif. Jam waker tidak akan memperhitungkan hal-hal manusiawi berikut ini.
1. "Wah tidurnya nyenyak sekali, sepuluh menit lagi aku membangunkannya agar dia tidur lebih lama."
2. "Wah dia baru tidur sepuluh menit. Sepuluh menit lagi aku akan membangunkannya agar dia tidur lebih lama."
3. "Waduh sulit sekali orang ini dibangunkan. Aku akan mengguncang-guncang orang ini siapa tahu dia bisa bangun. Jika dirasa perlu, aku akan mengguyurnya dengan air segar. Siapa tahu dia bisa bangun dari tidurnya dan menjadi segar agar tidak mengantuk dan tidur lagi."
Poin satu sampai dengan tiga adalah contoh pertimbangan yang hanya milik manusia. Hanya manusia yang mempunyai rasio dan emosi di dalam satu tubuh. Tentu jam waker tidak punya kedua hal tersebut.

Persamaan dan perbedaan antara saya dengan jam waker yang saya tulis tentu kurang lengkap. Memang saya tidak bertujuan untuk menuliskan secara lengkap. Saya menuliskan poin yang menurut saya penting dan utama.

Bagi saudara-saudaraku sesama manusia aku bertanya, bersediakah engkau menjadi sama dengan jam waker? Ataukah engkau bersyukur menjadi manusia karena dengan begitu engkau dapat memilih untuk menjadi manusia seutuhnya atau bahkan memilih untuk menjadi mirip jam waker? Jam waker tidak akan pernah bisa memilih untuk menjadi mirip manusia, tetapi manusia bisa memilih untuk menjadi mirip jam waker. Sungguh sebuah tragedi. He..he..he..

Agustus 25, 2009

Blogger Identity

Self Identity
Name: Hilarion A. S. Prabhadamar
Place and Birthday: Pati - October 21, 1988

Formal Education
  1. Sanata Dharma University, Jogjakarta -studying- (2012-recently)
  2. Akademi Teknik Mesin Industri, Surakarta (2006-2009)
  3. Kolese John de Britto (high school), Yogyakarta (2003-2006)
  4. SLTP Negeri 01, Pati (2000-2003)
  5. SD Kanisius 01, Pati (1994-2000)
  6. TK Kanisius, Pati (1993-1994)
Organization Experience
  1. Member of MAPASADHA (2012-recently) 
  2. Working as maintenance and development machine engineer at paper packaging company, Rotogravure Unit of PT. Pura Barutama, Kudus - Central Java - Indonesia (2009-2012)
  3. Chief of Senate of ATMI Surakarta (2008-2009)
  4. Chief of Compensasser (2007-2008)
  5. Member of Compensasser (2006-2009)
COMPENSASSER is organization of nature lover in ATMI Surakarta.
MAPASADHA is organization of nature lover in Sanata Dharma University.
Kolese John de Britto
ATMI Surakarta


Sanata Dharma University
COMPENSASSER


Mapasadha






Agustus 24, 2009

Lingkungan Hidup



Masalah lingkungan hidup memang bukan persoalan salah satu negara saja, tetapi sudah menjadi tanggung jawab seluruh bangsa dan negara. Oleh karena itulah berbagai upaya dilakukan orang untuk mencegah tambah rusaknya lingkungan hidup. Seperti dengan diselenggarakannya KTT Bumi, Protocol Kiyoto, dlsb. Bahkan beberapa negara yang masih memanfaatkan bahan bakar fosil, berusaha mengurangi efek rumah kaca dengan menggunakan bahan bakar gas alam yang secara ekonomis sangat kompetitif bila dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi atau batubara. Hanya sebenarnya gas alam juga tetap menimbulkan CO2, tetapi lebih sedikit bila dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi dan batubara. Di samping itu pun gas alam juga menimbulkan methan selama proses penyediaannya, yang semua itu dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Meski akhir-akhir ini muncul teori lain tentang efek rumah kaca, seperti menurut periset Amerika mengatakan bahwa variable aktifitas mataharilah yang bepengaruh pada naik turunya suhub global. Namun mengurangi pembakaran bahan bakar fosil bagi pemenuhan kebutuhan energi tentu mempunyai manfaat yang besar, paling tidak sebagai langkah penghematan cadangan sumber daya alam yang ada untuk dipergunakan oleh anak cucu kita nanti.